STIE Perbanas Siapkan SDM Bank Syariah

JAKARTA – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas dalam rangka mengantisipasi perkembangan di dunia perbankan, saat ini menyiapkan anak didiknya untuk memahami seluk-beluk perbankan syariah. Langkah itu merupakan salah satu upaya menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang nantinya akan berkecimpung di sektor perbankan nasional.

Demikian diungkapkan Ketua STIE Perbanas, Bambang Trihartanto dan Pembantu Ketua III STIE Perbanas, Arus Akbar Silondae, di Jakarta, belum lama ini. Langkah tersebut, menurut keduanya, dimaksudkan sebagai antisipasi tren perbankan syariah yang tengah berkembang di Indonesia.

Upaya yang dilakukan STIE Perbanas, di antaranya adalah mengadakan workshop bagi mahasiswanya yang berminat mengikuti perkembangan perbankan syariah, dengan mengundang para praktisi sebagai nara sumber. “Kami menyadari perlunya menyiapkan tenaga-tenaga andal di bidang perbankan syariah, mengikat adanya tren ke sana. Karena kita harus bisa mengantisipasi apa yang akan berkembang dan gejala yang terjadi di masyarakat, ungkap Arus Akbar.

Dia mengakui, untuk langsung memasukkan sistem perbankan syariah dalam kurikulum, membutuhkan waktu lebih banyak karena harus mempersiapkan materi dan tenaga pengajarnya. Jadi untuk sementara, workshop menjadi salah satu cara untuk memberikan tambahan ilmu bagi para mahasiswa kami, jelasnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bambang Trihartanto menuturkan, ke depan STIE Perbanas akan memfokuskan diri pada industri perbankan dan keuangan. Jadi kalau kita bicara mengenai manajemen, tentunya manajemen di perbankan dan keuangan. Kalau kita bicara accounting, berarti accounting di bidang perbankan dan keuangan. Dan kalau kita bicara manajemen informatika, tentu mengarah pada manajemen informatika di perbankan dan keuangan, jelasnya.

Bambang juga mengungkapkan, Bank Indonesia (BI) telah memperkirakan Indonesia membutuhkan paling kurang 40.000 manajer di sektor perbankan dan keuangan dalam beberapa tahun mendatang. STIE Perbanas yang mewisuda 1.200 lulusan tiap tahunnya ini, sebenarnya masih belum mampu memenuhi kekurangan tenaga manajer di sektor perbankan dan keuangan.

“Sejauh ini sudah ada BPR (Bank Perkreditan Rak-yat) dan bank daerah, yang lebih mengutamakan penerimaan lulusan kami sebagai tenaga ahli yunior. Padahal sektor lain seperti bank syariah, lembaga-lembaga keuangan nonbank, seperti asuransi, juga sangat membutuhkan tenaga ahli. Ini tantangan kami ke depan, katanya.

Jalin Kerja Sama

Menyikapi kenyataan ter-sebut, lanjut Bambang, dirinya tidak ingin STIE Perbanas dikenal sebagai “menara gading. Untuk itu upaya perguruan tinggi untuk terus menjalin kerja sama dengan institusi-institusi di masyarakat, baik pemerintah maupun swasta, demi pengembangan SDM yang dibutuhkan di sektor perekonomian, khususnya keuangan dan perbankan, senantiasa dilakukan.

Jalinan kerja sama dengan BI di bidang penyusunan masukan-masukan menyangkut strategi BI mengenai industri perbankan, sampai kini terus dikembangkan. STIE Perbanas juga mengadakan kerja sama dengan institusi seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Berkaitan dengan hal tersebut, Arus Akbar mengungkapkan, dosen-dosen di STIE Perbanas juga aktif memberikan masukan ke DPR, khususnya dalam penyiapan draf materi perundang-undangan di bidang perbankan dan keuangan. “Kebetulan beberapa institusi di masyarakat dan pemerintahan memerlukan keahlian dosen-dosen kami, karena kompetensi para dosen pengajar di STIE Perbanas memang di bidang keuangan dan perbankan, ujarnya.

Sejalan dengan itu, lanjut Arus Akbar, memasuki usianya yang ke-35, STIE Perbanas tengah berupaya memperkuat penelitian di sektor industri perbankan dan keuangan. Hal itu mengingat banyak persoalan keuangan dan ekonomi yang memerlukan kajian-kajian ilmiah.

Diambil dari Suara Pembaruan, Rabu 24 Maret 2004