Bank-sektor riil perlu saling percaya

JAKARTA (Bisnis): Perbankan dan sektor riil diminta membuat kondisi saling mempercayai (trust society) guna memperlancar penyaluran kredit ke sektor riil yang hingga kini realiasasinya belum mencapai 50%. Ketua STIE Perbanas Tony B. Trihartanto mengatakan dirinya menduga ketidaklancaran penyaluran kredit perbankan karena trauma dari masa lalu yang mengakibatkan kolektibilitasnya kurang lancar.

“Jadi intinya kalau industri perbankan dan sektor perekonomian riil bisa mengembangkan trust jadi trust society, baru nanti kita bisa mengembangkan hal-hal itu,” katanya kepada wartawan seusai Dies Natalis STIE Perbanas ke-35 di Jakarta kemarin.

Menurut dia, sejumlah hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaku ekonomi adalah masalah kolateral, kondisi saling percaya antara kreditor dan debitor, serta peningkatan kualitas SDM.

Dia mengemukakan salah satu hal utama yang menghambat penyaluran kredit perbankan ke sektor riil adalah masalah kolateral seperti penelitiannya dalam beberapa waktu lalu tentang pembentukan provinsi Gorontalo, Bangka-Belitung dan Kepulauan Riau.

Jaminan atau kolateral sebagai syarat oleh perbankan, lanjut dia, tidak perlu bersifat aset fisik yang selalu dikeluhkan calon nasabah.

Selain itu, dia menuturkan peningkatan kualitas SDM di perbankan juga mendesak diberlakukan dalam kerangka manajemen risiko pada industri perbankan.

“Mereka yang masuk ke sektor pemberian kredit nanti akan mendapat sertifikat dari dalam hal ini lembaga pendidikan, sehingga dia bisa menilai kredit yang diajukan.”

Sebelumnya, Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan BI Muliaman D Hadad mengatakan bank sentral mengharuskan seluruh pegawai bank memiliki sertifikat keahlian khususnya di bidang masing-masing guna meningkatkan operasional perbankan.

Pegawai bank yang menangani kredit harus memiliki keahlian analisa risiko di beberapa sektor usaha seperti maritim, teknologi informasi, dan pertanian.